Monday, January 23, 2017

MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN

A.     Biografi KH. Ahmad Dahlan - Pendiri Muhammadiyah

    Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).        
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.

Masuk Organisasi Budi Utomo
Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo - organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen.
Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren tradisional yang terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia. Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330). Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan membangun masyarakat Islam.
Bagi Kiai Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara tradisional. Beliau mengajarkan kitab suci Al Qur'an dengan terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak hanya pandai membaca ataupun melagukan Qur'an semata, melainkan dapat memahami makna yang ada di dalamnya.
Dengan demikian diharapkan akan membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang diharapkan Qur’an itu sendiri. Menurut pengamatannya, keadaan masyarakat sebelumnya hanya mempelajari Islam dari kulitnya tanpa mendalami dan memahami isinya. Sehingga Islam hanya merupakan suatu dogma yang mati.
Di bidang pendidikan, Kiai Dahlan lantas mereformasi sistem pendidikan pesantren zaman itu, yang menurutnya tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenya lantaran mengutamakan menghafal dan tidak merespon ilmu pengetahuan umum. Maka Kiai Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan memberikan pelajaran pengetahuan umum serta bahasa Belanda.
Bahkan ada juga Sekolah Muhammadiyah seperti H.I.S. met de Qur'an. Sebaliknya, beliau pun memasukkan pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum. Kiai Dahlan terus mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah. Sehingga semasa hidupnya, beliau telah banyak mendirikan sekolah, masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu.

B.      Pola Pemikiran K.H Ahmad Dahlan
Kegiatan dakwah pun tidak ketinggalan. Beliau semakin meningkatkan dakwah dengan ajaran pembaruannya. Di antara ajaran utamanya yang terkenal, beliau mengajarkan bahwa semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi Muhammad SAW.
Beliau juga mengajarkan larangan ziarah kubur, penyembahan dan perlakuan yang berlebihan terhadap pusaka-pusaka keraton seperti keris, kereta kuda, dan tombak. Di samping itu, beliau juga memurnikan agama Islam dari percampuran ajaran agama Hindu, Budha, animisme, dinamisme, dan kejawen.
Di bidang organisasi, pada tahun 1918, beliau membentuk organisasi Aisyiyah yang khusus untuk kaum wanita. Pembentukan organisasi Aisyiyah, yang juga merupakan bagian dari Muhammadiyah ini, karena menyadari pentingnya peranan kaum wanita dalam hidup dan perjuangannya sebagai pendamping dan partner kaum pria.
Sementara untuk pemuda, Kiai Dahlan membentuk Padvinder atau Pandu - sekarang dikenal dengan nama Pramuka - dengan nama Hizbul Wathan disingkat H.W. Di sana para pemuda diajari baris-berbaris dengan genderang, memakai celana pendek, berdasi, dan bertopi. Hizbul Wathan ini juga mengenakan uniform atau pakaian seragam, mirip Pramuka sekarang.
Pembentukan Hizbul Wathan ini dimaksudkan sebagai tempat pendidikan para pemuda yang merupakan bunga harapan agama dan bangsa. Sebagai tempat persemaian kader-kader terpercaya, sekaligus menunjukkan bahwa Agama Islam itu tidaklah kolot melainkan progressif. Tidak ketinggalan zaman, namun sejalan dengan tuntutan keadaan dan kemajuan zaman.
Karena semua pembaruan yang diajarkan Kyai Dahlan ini agak menyimpang dari tradisi yang ada saat itu, maka segala gerak dan langkah yang dilakukannya dipandang aneh. Sang Kiai sering diteror seperti diancam bunuh, rumahnya dilempari batu dan kotoran binatang.
Ketika mengadakan dakwah di Banyuwangi, beliau diancam akan dibunuh dan dituduh sebagai kiai palsu. Walaupun begitu, beliau tidak mundur. Beliau menyadari bahwa melakukan suatu pembaruan ajaran agama (mushlih) pastilah menimbulkan gejolak dan mempunyai risiko. Dengan penuh kesabaran, masyarakat perlahan-lahan menerima perubaban yang diajarkannya. Tujuan mulia terkandung dalam pembaruan yang diajarkannya.
Segala tindak perbuatan, langkah dan usaha yang ditempuh Kiai ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Islam itu adalah Agama kemajuan. Dapat mengangkat derajat umat dan bangsa ke taraf yang lebih tinggi. Usahanya ini ternyata membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Banyak golongan intelektual dan pemuda yang tertarik dengan metoda yang dipraktekkan Kiai Dahlan ini sehingga mereka banyak yang menjadi anggota Muhammadiyah. Dalam perkembangannya, Muhammadiyah kemudian menjadi salah satu organisasi massa Islam terbesar di Indonesia.
Melihat metoda pembaruan KH Ahmad Dahlan ini, beliaulah ulama Islam pertama atau mungkin satu-satunya ulama Islam di Indonesia yang melakukan pendidikan dan perbaikan kehidupan um’mat, tidak dengan pesantren dan tidak dengan kitab karangan, melainkan dengan organisasi.
Sebab selama hidup, beliau diketahui tidak pernah mendirikan pondok pesantren seperti halnya ulama-ulama yang lain. Dan sepanjang pengetahuan, beliau juga konon belum pernah mengarang sesuatu kitab atau buku agama.
Muhammadiyah sebagai organisasi tempat beramal dan melaksanakan ide-ide pembaruan Kiai Dahlan ini sangat menarik perhatian para pengamat perkembangan Islam dunia ketika itu. Para sarjana dan pengarang dari Timur maupun Barat sangat memfokuskan perhatian pada Muhammadiyah.
Nama Kiai Haji Akhmad Dahlan pun semakin tersohor di dunia. Dalam kancah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, peranan dan sumbangan beliau sangatlah besar. Kiai Dahlan dengan segala ide-ide pembaruan yang diajarkannya merupakan saham yang sangat besar bagi Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20.
Kiai Dahlan menimba berbagai bidang ilmu dari banyak kiai yakni KH. Muhammad Shaleh di bidang ilmu fikih; dari KH. Muhsin di bidang ilmu Nahwu-Sharaf (tata bahasa); dari KH. Raden Dahlan di bidang ilmu falak (astronomi); dari Kiai Mahfud dan Syekh KH. Ayyat di bidang ilmu hadis; dari Syekh Amin dan Sayid Bakri Satock di bidang ilmu Al-Quran, serta dari Syekh Hasan di bidang ilmu pengobatan dan racun binatang.[1]

C.    Gerakan Pembaharuan KH. Ahmad Dahlan
Berbicara mengenai gerakan pembaharuan yang dibawa oleh KH. Ahmad Dahlan, perlu untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana dasar pemikiran Islam Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan sebenarnya tidak pernah memperoleh pendidikan dalam tahapan formal. Sebagian besar ia peroleh dari ayahnya dan otodidak. Namun menjelang dewasa, Ahmad Dahlan belajar ilmu Fiqh dari KH. Muhammad Shaleh, Nahwu oleh KH. Muhsin, ilmu Falaq oleh KH. Raden Dahlan, Ilmu Hadits diperoleh dari KH. Mahfud dan Syekh Hayyat, serta Ilmu Qira’ at diperoleh dari Syekh Amin dan Syekh Bakri Satock, bahkan Ahmad Dahlan mempelajari Ilmu pengobatan dan racun binatang dari Syekh Hasan.
Selain itu telah diketahui dengan pasti bahwa Ahmad Dahlan dalam perjalanannya sangat mengagumi pemikiran dari Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan Jamaluddin Al-Afghani. Kekaguman tersebut berlanjut dengan pertemuannya yang berkesan dengan Rasyid Ridha, sehingga ia memperoleh pemahaman dan pandangan dari pembaharu Islam yang menitik beratkan pada pemurnian (tauhid) dan tidak beriman secara taqlid membabi buta.
Dalam buku KH. AR. Fahruddin (Ketua Muhammadiyah 1968) berjudul Menuju Muhammadiyah menyatakan bahwa yang dikerjakan Ahmad Dahlan sepanjang kepemimpinanya adalah sebagai berikut:
a)         Meluruskan Tauhid, Peng-Esaan terhadap Allah swt. Meluruskan keberadaan Allah sebagai Sang Khalik. Hubungan Allah dan manusia tanpa perantara apapun.
b)        Meluruskan cara beribadah kepada Allah swt. Tanpa adanya gerakan-gerakan yang kurang tepat dalam shalat.
c)         Mengembangkan akhlakul karimah, etika sosial dan tata hubungan sosial sesuai tuntunan Islam

D.    Pendidikan dan Gerakan Sosial Kemsyarakatan
Berbicara mengenai pendidikan, pada awalnya, pendidikan di Indonesia memang sangat terdikotomi oleh penjajah yang pada waktu itu sangat membatasi pendidikan bagi rakyat Indonesia, khususnya Islam. Sepanjang perjalanan pendidikan Islam di Indonesia, memang sangat didominasi oleh model pendidikan di pesantren yang menaruh fokus pada kajian-kajian ilmu keislaman sehingga keberadaan ilmu lain diasingkan. Ada benarnya, hal ini jika ditinjau dari kondisi pada saat itu yang memang sangat antipati terhadap barat, bahkan segala hal yang berasal dari barat dianggap haram meskipun itu suatu model pendidikan yang dianggap berguna.
Padahal Islam tidak pernah sekalipun memandang pendidikan dari sudut yang amat sempit. Perlu diketahui bahwa pendidikan Islam adalah sebuah orientasi kehidupan ideal Islam yang mampu menyeimbangkan dan memadukan antara kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi. Tentunya, pendidikan harus pula memusatkan perhatian pada pengalaman dimana kegiatan hidup manusia  harus bertumpu padanya.42 Pada tahun 1911 ia merintis sekolah dengan system yang terorganisir yang menggunakan kursi bangku ditambah dengan metode Barat.43 Oleh karena itu, gagasan Ahmad Dahlan perlu dicatat adalah menyeimbangkan antara pendidikan agama Islam dan pendidikan umum lainnya. Hal ini senada dengan ungkapan Kuntowijoyo, sebagai berikut:
Muhammadiyah menyadari bahwa untuk hidup di dalam masyarakat industrial, orang harus belajar melalui pendidikan formal yang mengajarkan keterampilan tertentu. Peluang semacam ini tidak dapat diperoleh dari system pendidikan pesantren. Pendidikan Muhammadiyah berusaha memenuhi pasaran kerja baru dalam birokrasi, industrial, perdagangan dan sebagainya, sementara pesantren hanya mampu melayani masyarakat  desa dan pertanian.
Selain itu, gagasan Ahmad Dahlan yang perlu dicatat adalah memasukkan pendidikan agama Islam ke dalam sekolah pemerintahan. Ia sendiri pernah menjadi tenaga pengajar agama Islam di Kweekschool Jetis-Yogyakarta tahun 1910. Meskipun masih bersifat ekstra-kurikuler, namun peristiwa itu tidak bisa dilupakan sebagai persitiwa pertama, agama Islam di ajarkan disekolah. Menariknya, pada waktu itu sekolah pemerintahan adalah sekolah Belanda yang mana sangat kental dengan Kristennya. Mengenai Gerakan sosial kemasyarakatannya sendiri, tentu tidak bisa lepas dari kenyataan yang ia temukan sehari-hari, kehidupan ditanah terjajah dengan serba tiada. Sebagai kekuatan politik kesunan Surakarta dan Kesultanan Yogyakata tidak berdaya lagi. Mereka hanya memiliki gelar semata, dan kehidupan mereka dijatah oleh pemerintahan Belanda. Umat Islam tidak lagi memiliki kekuasaan politik sebagai pelindungnya. Akibatnya, petani menjadi tertindas dan hidup dalam kemiskinan luar biasa. Kelaparan, wabah penyakit ditambah system tanam paksa yang memberatkan maka muncullah banyak anak yatim piatu yang bertebaran.[2]

E.     Tujuan Berdirinya Muhammadiyah
Tujuan pokok yang tercantum dalam anggaran dasar tersebut dapat dijabarkan lagi menjadi tujuan yang bersifat operasional antara lain sebagai berikut:
·         Pengembalian ajaran Islam pada ajaran murni menurut Al-Qur'an dan hadist.
·         Peningkatan pendidikan dan pengajaran yang berlandaskan agama Islam.
·         Pendorong umat Islam untuk hidup selaras dengan ajaran agama Islam.
·         Pembinaan dan penyiapan generasi muda agar kelak dapat menjadi pemimpin masyarakat, agama, dan bangsa yang adil dan makmur.
·         Berusaha meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya
·         Ikut menyantuni anak-anak yatim piatu.
Muhammadiyah merupakan gerakan reformasi Islam. Muhammadiyah berusaha menghapuskan bidah, takhayul, dan takhlik yang ada dalam masyarakat. Muhammadiyah berani melahirkan pikiran yang sehat dan murni dengan dasar Al-Qur'an dan hadist. [3]















BAB 3
PENUTUP
A.           KESIMPULAN
     Dari pembahasan di atas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwasanya K.H. Ahmad Dahlan adalah merupakan tokoh pendidikan yang sangat besar jasanya bagi dunia pendidikan di Indonesia ini. Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) lahir di Kauman, Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di Mesir, Arab, dan India, untuk kemudian berusaha menerapkannya di Indonesia.
Ahmad Dahlan juga sering mengadakan pengajian agama di langgar atau mushola. Pada tahun 1912 beliau mendirikan Muhammadiyah yang semata-mata bertujuan untuk mengadakan dakwah Islam, memajukan pendidikan dan pengajaran, menghidupkan sifat tolong-menolong, mendirikan tempat ibadah dan wakaf, mendidik dan mengasuh anak-anak agar menjadi umat Islam yang berarti, berusaha ke arah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam Ide-ide yang di kemukakan K.H.Ahmad Dahlan telah membawa pembaruan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang semula bersistem pesantren menjadi sistem klasikal, dimana dalam pendidikan klasikal tersebut dimasukkan pelajaran umum kedalam pendidikan madrasah. Meskipun demikian, K.H. Ahmad Dahlan tetap mendahulukan pendidikan moral atau ahlak, pendidikan individu dan pendidikan kemasyarakatan.
B.     SARAN
Kami selaku pemakalah mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua agar makalah ini dapat dibuat dengan lebih baik lagi. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka.



DAFTAR   PUSTAKA
http://www.biografiku.com/2011/12/biografi-kh-ahmad-dahlan.html
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adabiyah/article/view/368
http://www.artikelsiana.com/2015/09/sejarah-muhammadiyah-tujuan-muhammadiyah.html



[2] http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adabiyah/article/view/368
[3] http://www.artikelsiana.com/2015/09/sejarah-muhammadiyah-tujuan-muhammadiyah.html

No comments:

Post a Comment